BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu bisa
berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi yang
diperoleh lewat proses tersebut. Proses keilmuan adalah cara
memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang suatu sistem Perolehan
sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah, dan sistem tersebut umumnya adalah
alam semesta. Dalam
pengertian ini, ilmu sering disebut sebagai sains.
Di era globalisasi ini, ilmu sains berperan dalam teknologi
dan informasi bagi kehidupan manusia. Karena teknologi dan informasilah jarak
seolah tak menjadi halangan. Manusia dapat berkomunikasi dengan mudahnya dalam
jarak yang jauh. Hal itu tidak biasa lepas dari perkembangan teknologi dan
informasi. Dalam kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi dan informasi
ini, muncullah berbagai macam teknologi-teknologi yang memungkinkan kita untuk
dengan mudahnya membawa berbagai macam alat yang biasa dibawa kemana-mana,
seperti laptop, handphone, mp3 player, dan sebagainya. Hal tersebut
memungkinkan karena adanya baterai yang berfungsi untuk menyuplai daya yang
dibutuhkan oleh peralatan portable tersebut. Pada perkembangannya para
ilmuwan membuat konsep agar baterai tersebut biasa digunakan untuk sumber
tenaga dalam pembuatan kendaraan listrik dan hibrida (ramah lingkungan).
Tim penulis akan mencoba menerangkan tentang Kadmium, Lithium
dan aplikasinya, yaitu baterai
Nikel-Kadmium danLithium-Ion dalam perkembangannya yang dipakai pada
banyak peralatan listik portable.
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Baterai
Baterai
adalah alat listrik kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkan tenaganya
dalam bentuk listrik. Sebuah baterai biasanya terdiri dari 3 komponen penting,
yaitu:
1.
Batang karbon, sebagai anoda (kutub positif baterai)
2.
Seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif baterai)
3.
Pasta sebagai elektrolit (penghantar)
Baterai yang biasa dijual (disposible atau sekali pakai) mempunyai
tegangan listrik 1,5 volt. baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada
juga yang dinamakan rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi
ulang, seperti yang biasa terdapat pada telpon genggam.
Baterai
merupakan elemen elektrokimia primer, dan sebenarnya merupakan elemen Leaclanche kering dengan elektrolit pasta ammonium
klorida (NH4Cl) yang dicampur dengan seng klorida (ZnCl4),
serbuk kayu, tepung, atau getah. Setiap sel mempunyai GGL 1,5 volt. Baterai
biasanya digunakan sebagai lampu senter, radio transitor, jam dinding, dan
lain-lain.
Baterai
sekali pakai disebut juga dengan baterai primer, sedangkan baterai isi ulang
disebut dengan baterai sekunder. Baik baterai primer maupun baterai sekunder,
kedua-duanya bersifat mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai
primer hanya bisa dipakai sekali, karena menggunakan reaksi kimia yang bersifat
tidak bisa balik (irreversible reaction).
Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang karena reaksi kimianya bersifat
dapat dibalik (reversible reaction).
2.2
Tipe-tipe Baterai
Berbagai
tipe baterai menggunakan berbagai macam bahan kimia dan reaksi kimia. Beberapa
tipe baterai yang umum dikenal adalah :
2.2.1 Alkaline
Alkaline adalah jenis baterai yang paling umum ditemukan. Baterai
yang harganya murah dan dayanya habis dalam sekali pakai ini bisa mendayai Game
Boy selama 20 menit (atau 2,5 menit pada Sega Nomad).
Kerapatan energi, jumlah daya yang dikandung baterai Alkaline
tidak buruk, tetapi pada gadget yang haus energi seperti MP3 player atau kamera
digital, daya baterai ini cepat terkuras habis. Namun untuk gadget yang tidak
tinggi tuntutan dayanya, baterai Alkaline bisa bertahan lama, bahkan bisa
bertahun-tahun. Namun, baterai ini tidak bisa diisi ulang.
2.2.2 Silver oxide atau baterai silver-zinc
Menyediakan cukup banyak daya dan tahan lama. Baterai tipe
ini dipakai dalam jam tangan dan juga mainan anak-anak, maupun di torpedo dan
kapal selam, atau perangkat lain yang mementingkan kinerja, bukan harga.
Kelemahannya, perak yang digunakannya mahal jika ukuran baterai lebih besar
daripada kancing yang dipakai pada gadget. Selain itu, di akhir masa pakainya baterai
ini seringkali bocor dan lelehan merkuri-nya berbahaya.
2.2.3 Baterai Lead-acid
Terdiri dari dua tipe besar: baterai pemicu seperti yang ada
di mobil dan dirancang untuk lonjakan daya singkat; dan baterai bersiklus
panjang yang memberikan daya yang lebih rendah, lebih ajek dan digunakan di
kapal, mobil golf, dan sebagai daya cadangan di berbagai gadget.
2.2.4 Baterai Alkaline Isi Ulang (rechargeable)
Mirip baterai Alkaline biasa, tetapi dibuat agar bisa diisi
ulang – artinya membuat elektron-elektron dipompa masuk kembali ke dalam baterai.
Tidak sepeti baterai Nickel metal hydride, baterai ini tidak habis dayanya bila
tidak dipakai, tetapi kapasitasnya berkurang setiap kali diisi ulang dan tidak
setinggi baterai Alkaline biasa.
2.2.5 Nickel Cadmium (NiCad)
Baterai ini merupakan jenis tertua, paling tahan banting,
namun berat dan volumenya paling besar. Baterai jenis ini sudah tidak lagi
banyak digunakan pada gadget karena dianggap tidak praktis. Baterai NiCad
sangat rentan efek memori. Maksudnya, baterai hanya mengisi ke tingkat dimana
baterai terakhir di-discharge, akibat proses akumulasi gas yang terperangkap
dalam plat sel baterai. Jika baterai di-discharge hingga 30 persen dan di
recharge, maka baterai hanya akan mengisi energi yang terpakai tadi (30 persen)
yang dilanjutkan dengan penyusutan volume "gas" yang terperangkap.
Cara terbaik untuk menghilangkan efek memori dan membuang sisa gas terperangkap
adalah dengan melakukan "burping", atau mengkondisikannya. Maksudnya,
menghabiskan seluruh isi baterai pada gadget hingga benar-benar mati dan
melakukan re-charging. Selain itu kendati tidak dipakai, baterai akan kehabisan
seluruh dayanya setelah sekitar 90 hari.
2.2.6 Nickel metal hydride (NiMH)
Menggantikan kadmium dalam NiCad dengan campuran yang
membuatnya mampu menahan lebih banyak energi (40%) pada ruang yang sama
dibandingkan NiCad. NiMH merupakan pengembangan dari NiCd, dibanding NiCd
dengan volume sama, kapasitasnya jauh lebih besar. Namun, seperti halnya NiCd,
NiMH juga rawan terhadap memory effect meski tidak sebesar NiCd. Beberapa
produsen baterai bahkan menyatakan NiMH produknya bebas memory effect. Seperti
Sanyo eneloop, daya yang ada perlahan-lahan akan habis walaupun baterai tidak
dipakai. Fenomena ini muncul saat baterai yang belum habis dipakai sudah
di-charge ulang. Bila dilakukan berkali-kali baterai dapat kehilangan
kapasitasnya dan hanya mampu menampung sedikit daya saja sebelum dengan cepat
habis. Memory effect dapat dihilangkan dengan mengosongkan baterai sampai habis
sebelum mengisi ulang.
Setiap 10-15 kali siklus isi ulang baterai NiMH, kosongkanlah
baterai hingga habis sama sekali sebelum mengisi ulang. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan "bibit-bibit" memory effect yang mungkin timbul.
Jangan sekali-kali mengosongkan baterai dengan bola lampu dan
kabel hingga lampu mati. Ini akan dapat merusak sel baterai yang paling lemah
(reversal effect), dan pada gilirannya merusak semua sel. Sisakan setidaknya 1V
per sel baterai, pantaulah terus-menerus karena voltase baterai akan turun
dengan tiba-tiba. Bila Anda tidak memiliki alat untuk itu, lebih baik jangan
lakukan. Mengosongkan dengan gadget adalah cara terbaik, karena ambang batas
aman pasti tidak kelebihan.
Beberapa produsen baterai NiMH menyatakan bahwa baterainya
bisa di recharge lebih dari 500 kali, namun bila baterai NiMH telah mencapai
400 kali siklus isi ulang, perlu dipersiapkan untuk penggantian baterai
tersebut, karena walaupun masih bisa digunakan, biasanya kapasitasnya sudah
menurun dan berarti masa pakai sebelum diisi ulang sudah berkurang.. Baterai
Li-ion dapat rusak dengan mendadak jika rangkaian di dalamnya rusak.
Untuk membuang baterai yang sudah tidak digunakan, sebaiknya
berhati-hati karena kandungan kadmiumnya bisa mencemari tanah
2.2.7 Lithium ion (Li-ion)
Menjadi baterai standar pada gadget masa kini. Dibandingkan baterai
dengan bahan nikel, Li-Ion lebih efisien energi dan tidak memiliki efek memori,
tetapi juga lebih mahal harganya. Namun baterai tipe ini tidak boleh dibuang
sembarangan karena bisa meledak (walaupun hanya terjadi beberapa kali per satu
juta baterai). Dibandingkan NiMH, siklus isi ulang baterai Li-ion lebih pendek
setengahnya ( 1000 vs. 500 kali).
Ada kelemahan lain. Jika daya baterai benar-benar habis dan
voltase-nya turun di bawah ambang tertentu, kapasitas energi baterai Li-ion
akan menciut secara permanen. Karena itulah baterai dirancang untuk mati jika
dipasang setelah waktu tertentu. Biasanya, jika Anda punya gadget dengan baterai
bertipe isi ulang, tipe Li-Ion-lah yang dipakai. Jika tidak, mungkin baterainya
berjenis Li-Poly.
2.2.8 Lithium ion poly atau lithium poly
atau li-poly (Li-Po)
Berasal dari lithium ion tetapi menggunakan elektrolit
berbasis polimer gel. Karena itu namanya menjadi lithium ion poly. Baterai tipe
ini lebih bandel (tidak mudah meledak) dibandingkan Li-ion standar, lebih
ringan dan bisa dibentuk sesuka hati. Anda akan semakin sering menjumpainya
sebagai pengganti lithium-ion di laptop dan gadget lain. Kelemahannya, baterai
ini lebih cepat habis dibandingkan Li-ion biasa.
2.2.9 Lithium iron phosphate (Li-Fe)
Merupakan perkembangan dari lithium ion yang menggantikan
campuran oksida kobalt dalam li-ion. Tipe ini lebih kecil kemungkinannya
meledak dan dapat melepaskan kapasitas dan terisi ulang sangat cepat. Namun
sampai saat ini lithium iron phosphate masih mahal dan rumit pembuatannya. Baterai
ini biasanya terdapat di laptop OLPC XO
dan mobil hibrida.
Salah satu yang perlu diperhatikan pada penggunaan baterai
charge NiCad dan NiMH adalah 'self discharge', yaitu berkurangnya kapasitas
yang terdapat pada battery walaupun tidak digunakan. Jumlah/persentasi self
discharge pada masing-masing baterai berbeda-beda, tapi bisa diperkirakan
sekitar beberapa persen (1 sampai 3%) perhari dari kapasitas maksimumnya dan pada
suhu 70 derajat Fahrenheit.
Penempatan baterai NiMH pada temperator yang lebih rendah
akan sedikit membantu mengurangi efek self discharge. Ada yang menyebutkan
apabila baterai NiMH dibekukan (dingin) dalam 1 bulan sisa kapasitas baterai
masih ada 90% sejak terakhir di recharge. Tapi sebelum digunakan, baterai NiMH
yang dibekukan tersebut harus dikembalikan dulu pada suhu ruangan yang normal.
Jadi setelah kita men-charge baterai NiMH, sebaiknya disimpan pada suhu yang
dingin untuk mengurangi efek self dischargenya.
Disarankan untuk me-recharge lagi baterai yang sudah disimpan
dalam jangka waktu yang lama sebelum di gunakan. Berbeda dengan baterai
Alkaline, jika baterai Alkaline disimpan pada suhu ruang normal, efek self
discharge yang terjadi kurang dari 2% per tahun. Sehingga walaupun disimpan
dalam jangka waktu yang lama, kapasitas baterai Alkaline nyaris tidak akan
berkurang dari semula. Sebagai catatan, jika baterai Alkaline disimpan pada
suhu 85 derajat Fahrenheit, efek self discharge hanya sekitar 5% pertahun, tapi
pada 100 derajat Fahrenheit, efek self discharge baterai Alkalin sekitar 25%
pertahun. Jadi apabila kita tinggal pada lokasi yang cuacanya sangat panas,
disarankan untuk menyimpan baterai Alkalin pada ruang pendingin untuk
menghindari efek selft discharge, walaupun persentasinya sangat kecil sekali
dibandingkan efek self discharge pada baterai NiMH dalam kondisi suhu yang
sama.
Baterai Lithium juga hampir sama dengan baterai Alkaline,
efek self dischargenya sangat kecil dibandingkan dengan baterai NiMH, sehingga
jika kita charge penuh dan disimpan pada suhu ruang normal pada waktu yang
lama, kapasitanya juga tidak akan banyak berkurang. Tapi sampai saat ini untuk
ketiga jenis baterai tersebut (Alkaline, NiMH, dan Lithium) baterai NiMH harganya
memang lebih murah dibanding yang lainnya.
2.3
Prinsip Kerja Baterai
Prinsip kerja baterai memanfaatkan reduksi dan
oksidasi untuk menghasilkan listrik pada kedua elektrodanya. Pada umumnya, Katoda dan Anoda terdiri dari
dua bagian, yaitu material aktif sebagai tempat keluar masuknya ion dan
Pengumpul electron sebagai collector current. Ketika Anoda dan Katoda terhubung
maka electron akan mengalir dari Anoda menuju Katoda, maka listrik pun akan
mulai mengalir. Dibagian dalam baterai terjadi sebuah proses pelepasan Ion pada
Anoda, kemudian Ion tersebut akan berpindah menuju Katoda melalui Elektrolit.
Pada katoda terjadi reaksi reduksi, hal ini dikarenakan adanya elektron dan ion yang masuk dari
Anoda. Untuk Proses pengisian baterai, berbanding terbalik dari proses ini.
2.4
Proses Pembuatan Baterai
2.4.1
Cara Pembuatan Baterai Alkalin (Baterai Primer)
KATODA
1.
Dalam baterai alkaline, katoda sebenernya menjadi wadah. Pencampuran bahan
adalah merupakan langkah pertama dalam pembuatan baterai. Setelah granulasi,
campuran kemudian ditekan atau dipadatkan ke-preforms silinder berongga.
Caranya sebuah pukulan baja turun ke rongga dan memadatkan campuran.Campuran
tersebut kemudian dipadatkan ke dalam silinder berongga dan dibuat menjadi
kepingan.
2. Preforms yang selanjutnya dimasukkan ke dalam baja
berlapis nikel; kombinasi preforms dan baja dapat membuat katoda baterai.
SEKAT
PEMISAH
3.
Kertas Pemisah direndam dalam larutan elektrolit kemudian dimasukkan dalam
preforms; pemisah terbuat dari beberapa potong kertas diletakkan di crossgrains
satu sama lain (seperti kayu lapis). Pemisah akan menahan bahan katoda dari
sentuhan dengan bahan anoda. Sebagai alternatif, produsen mungkin menggunakan
serat sintetis porus untuk tujuan yang sama.
ANODA
4.
Berupa gel terutama terdiri dari serbuk seng, bersama dengan bahan lainnya
termasuk elektrolit kalium hidroksida. Gel ini memiliki konsistensi yang sangat
tebal serupa suspense
SEALS
5.
Meskipun baterai mampu menghasilkan listrik pada titik ini, sel yang terbuka
adalah tidak praktis dan akan menguras energi. Baterai harus disegel dengan
tiga komponen yang terhubung. Yang pertama, kuningan sebuah "kuku"
atau spike panjang, dimasukkan ke tengah, melalui bahan gel dan berfungsi
sebagai arus kolektor. Yang kedua adalah segel plastik dan tutup akhir ketiga
logam. yang memanjang sekitar dua-pertiga wadah. Anoda di tengah adalah gel
terdiri terutama dari bubuk seng. Pemisah antara anoda dan katoda adalah baik
kertas atau serat sintetis yang telah direndam dalam larutan elektrolit. Dalam
baterai komplit, sebuah segel plastik, paku baja, dan logam atas dan bawah
telah ditambahkan. kuku adalah dilas ke dasar logam dan memanjang sekitar
dua-pertiga dari jalan ke bisa, melalui anoda. jalan ke dalam bisa, dilas ke
ujung topi logam dan kemudian melewati segel plastic.
6.
Segel ini secara signifikan lebih tipis dan memiliki desain baterai yang menggunakan
sebuah lubang penuh lilin dalam plastic
7.
Ujung kaleng (akhir positif baterai) kemudian ditutup dengan pelat baja yang
baik dilas di tempat atau direkatkan dengan semen jenis epoxy.
8.
Sebelum baterai dipasarkan, menambahkan label untuk mengidentifikasi jenis
baterai, ukuran, dan informasi lainnya.
2.4.2 Cara Pembuatan Baterai Li-ion
(Baterai Sekunder)
Baterai Li-ion diaplikasikan pada kendaraan listrik.
Pembuatan baterai Li-ion dilakukan pada sebuah ruangan yang disebut sebagai dry room. Pada ruangan tersebut,
temperatur dan kelembaban dijaga konstan agar tidak ada impuritas yang menempel
pada baterai Li-ion. Hal ini mengingat Litium adalah metal aktif ketika
bereaksi dengan air atau uap air. Litium metal digunakan sebagai katoda (kutub
positif) sedangkan untuk anoda (kutub negatif) biasanya digunakan karbon atau
grafit.
Pembuatan baterai Li-ion dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Pembuatan bahan katoda dan elektrolit
Setelah bahan katoda
dan elektrolit selesai dibuat dengan menggunakan metalurgi serbuk, bahan-bahan
ini dicetak dalam bentuk lembaran melalui metode doctor blade. Dengan metode laminating sel baterai dibentuk.
Gambar 1. Alur Pembuatan Bahan Dasar Elektrolit dan Katoda
Reaksi kimia dalam pembuatan elektrolit LTAP
0,65 Li2CO3
+ 1,7 TiO2 + 0,15 Al2O3 + 3 (NH4)2PO4
→ Li1,3Ti1,7Al0,3(PO4)3
+
0,65 CO2
+ 3 H2O + 6 NH3 + ¾ O2
Reaksi kimia dalam
pembuatan katoda Litium Mangan Oksida
0,685 Li2CO3
+ 2 MnO2 → Li1,37Mn2O4 +
0,685 CO2 + 0,3825 O2
2. Pembuatan lembaran komponen sel baterai
o Pembuatan
lembaran elektroda
|
o Pembuatan
lembaran elektrolit
o Pembuatan
Lembaran Elektrolit
Lembaran elektrolit
LTAP dibuat dengan proses extrusi dari bentuk slurry, kemudian lembaran ini disinterring sebelum proses pelapisan
elektroda.
Gambar 3. Alur Pembuatan Lembaran Elektrolit LTAP
3. Pembuatan sel baterai litium
Lembaran-lembaran
komponen sel, seperti lembaran katoda, lembaran anoda, dan lembaran elektrolit
dilekatkan satu sama lain. Proses pembuatan sel ini menggunakan metode laminating dengan alat hot roll pres.
Gambar 4. Alur Pembuatan Sel Baterai
2.5 Dampak Penggunaan Baterai dan
Penanggulangannya
Limbah
baterai memang tidak boleh dibuang sembarangan. Secara umum baterai merupakan
sumber pencemar. Baterai jenis tertentu seperti lithium atau nickel-cadmium
tidak boleh dibuang ke tempat sampah, tetapi dikembalikan ke produsen sebagai
bagian dari manajemen limbah. Sebagian besar gagdet menggunakan satu daya
batarei lithium. Bila terkena air, baterai lithium bisa meledak dan memproduksi
gas hidrogen yang berbahaya. Memang baterai lithium didesain tertutup sehingga
kedap air. Namun jika rusak kemudian dibuang, baterai bisa mengalami korosi
sehingga air bisa meresap ke dalam. Dan sangat disayangkan, baterai bekas yang
mengandung bahan beracun berbahaya (B3) itu, diantaranya adalah merkuri (Hg)
dan kadmium, seringkali dibuang di sembarang tempat. Malah, karena
ketidaktahuan mereka akan racun berbahaya tersebut, tidak sedikit pula
masyarakat yang menggunakannya sebagai pupuk, semir ban mobil, cat hitam, bahan
tukang kayu, kerajinan tangan, campuran plester semen, bahkan mainan anak-anak.
Orang dapat saja berpendapat bahwa kandungan merkuri dalam baterai sedikit.
Tapi kalau jumlah yang sedikit itu kemudian dikumpulkan, maka lambat laun akan
terjadi akumulasi merkuri yang akan mencemari lingkungan.
Baterai
dapat menghasilkan potensi masalah atau bahaya berikut:
-
Mencemari
danau dan sungai sebagai logam menguap ke udara ketika dibakar.
|
|
-
Kontribusi
logam berat yang berpotensi leach dari tempat pembuangan sampah limbah padat.
-
Paparan
lingkungan dan air untuk memimpin dan asam.
-
Mengandung
asam korosif yang kuat.
-
Dapat
menyebabkan luka bakar atau bahaya mata dan kulit.
|
|
Di
tempat pembuangan sampah, logam berat memiliki potensi untuk mencemari secara
perlahan-lahan ke dalam tanah, air tanah atau permukaan. Baterai sel kering
menyumbang sekitar 88 persen dari merkuri total dan 50 persen dari kadmium
dalam aliran limbah padat perkotaan. Di masa lalu, baterai menyumbang hampir
setengah dari merkuri yang digunakan di Amerika Serikat dan lebih dari setengah
dari merkuri dan kadmium dalam aliran limbah padat perkotaan. Ketika dibakar,
beberapa logam berat seperti merkuri bisa menguap dan melarikan diri ke udara,
dan kadmium dan timbal dapat berakhir di abu.
Ancaman
merkuri terutama dari bentuk organiknya yang sangat beracun yaitu metil
merkuri. Zat ini akan bertahan dalam tubuh 10 kali lebih lama dibanding merkuri
dalam bentuk logam seperti yang terdapat dalam baterai dan termometer. Antara
merkuri anorganik dan merkuri organik terdapat suatu hubungan bentuk atau
transformasi. Senyawa aril merkuri (organik) dapat berubah menjai merkuri
anorganik melalui proses transformasi di dalam tubuh dan lingkungan. Sedangkan
merkuri anorganik, dapat menjai merkuri organik melalui proses transformasi
oleh mikroorganisme. Selain itu logam berat merkuri dpat jua masuk melalui
jalan pernapasan, karena sifat merkuri yang mudah menguap pada temperatur
kamar. Bagi tubuh manusia, ancaman merkuri dapat menyerang sistem syaraf pusat,
ginjal, hati, jaringan otak, serta dapat membahayakan kandungan yang berakibat
bayi cacat lahir.
Berdasar penelitian yang “mendalam
dan hati-hati”, baterai lithium – sulfur dioksida (Li/SO2) “secara
nyata dan meyakinkan” terbukti memilik karasteristik aktivitas yang berbahaya. Penanganan
limbah baterai litium harus memenuhi standar manajemen limbah. Berdasarkan aturan
tersebut, limbah baterai litium tak boleh dibuang dibuang ke tanah sebelum
dinetralkan. Terutama jika penelitian pada sampel baterai menunjukkan
setidaknya satu sifat:berada pada kondisi tidak stabil atau terlihat reaksi
detonasi, bereaksi terhadap air, desain atau strukturnya berpotensi menyerap
air, ketika dicampur air, menghasilkan gas beracun atau asap yang kuantitasnya
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, mengandung sianida atau sulfida
yang pada PH antara 2 – 12,5 dapat menghasilkan gas atau asap beracun,
berpotensi meledak jika berada pada tekanan tinggi, berpotensi meledak jika
diurai pada tekanan dan suhu kamar.
Sampai sejauh ini, hampir tidak ada upaya, baik
pemerintah maupun masyarakat untuk mengumpulkan baterai bekas dengan mekanisme
yang benar agar terhindar dari resiko dan dampak lingkungan yang
diakibatkannya. Umumnya limbah baterai rumah tangga dibuang begitu saja oleh
masyarakat ke tempat sampah. Masyarakat akan membuang sampah baterai bekas
apabila disediakan tempat-tempat khusus seperti di pasar, pos keamanan, atau
pun tempat lain yang strategis dekat dengan masyarakat.
Cara
lain mengurangi dampak limbah baterai adalah mengadakan produksi baterai dengan
kadar merkuri rendah atau logam berat lainnya seperti yang banyak dilakukan
oleh negara-negara maju. Dari teknologi yang tercanggih, kini tersedia banyak
baterai yang tidak lagi menggunakan merkuri. Namun di samping usaha-usaha itu
semua, yang paling efektif adalah membiasakan penggunaan baterai yang dapat
diisi ulang. Meskipun harganya mahal, namun dengan baterai semacam ini, jauh
lebih hemat secara ekonomis. Dan yang paling penting, dengan mengisi ulang
baterai berarti mengurangi limbah yang dapat mencemari lingkungan kita.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Baterai adalah alat listrik kimiawi yang menyimpan
energi dan mengeluarkan tenaganya dalam bentuk listrik.
2. Ada beberapa tipe baterai, yaitu alkaline, silver
oxide atau batere silver-zinc, batere lead-acid, rechargeable, nickel cadmium,
nickel metal hydride, lithium ion, lithium ion poly, dan lithium iron
phosphate.
3. Prinsip kerja baterai memanfaatkan reduksi dan
oksidasi untuk menghasilkan listrik pada kedua elektrodanya.
4. Cara pembuatan baterai alkaline adalah dengan
pencampuran bahan katoda, sekat pemisah direndam dalam larutan elektrolit
kemudian dimasukkan ke dalam preforms, anode dimasukkan ke bagian tengah
komponen, penyegelan komponen baterai dengan pelat baja, dan memberi label pada
baterai.
5. Cara pembuatan baterai Li-ion adalah dengan
pembuatan bahan katoda dan elektrolit, pembuatan lembaran komponen sel beterai,
dan pembuatan sel baterai.
6. Penggunaan baterai mempunyai dampak untuk kesehatan
dan lingkungan karena mengandung logam-logam berat.
daftar pustakanya ??
BalasHapusApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover